Senin, 31 Desember 2012

Cinta mereka padanya SAW

Dari : Ustadzah Umbuhmaid

Sayyidina Bilal RA, muadzin Nabi SAW, seorang yang asalnya budak dan sekarang kita panggil sayyid (tuan) karena kemuliaannya menjadi sahabat Muhammad SAW.

Setelah wafat Nabi SAW, ia pun meninggalkan kota Madinah, karena merasa tidak mampu untuk tinggal di kota Nabi - tanpa sang Nabi. Selang beberapa waktu setelah tinggal di kota tujuannya, dia memimpikan Rasulullah SAW yang mengisyaratkan untuk kembali ke Madinah. Maka ia pun kembali ke Madinah.

Setibanya di Madinah, disambut oleh Sayyidina Abubakar Ash-Shiddig ra dan memintanya untuk kembali menjadi muadzin di kota Madinah sebagaimana dulu ia adzan untuk Nabi SAW. Ia menolak. "Tidak akan saya adzan selain untuk Nabi SAW," katanya. Sayyidina Umar ra pun memaksa dan bilal menolak. Sayyidina Ustman dan Sayyidina Ali ra memaksa dan ia masih menolak.

Maka pulanglah Sayyidina Ali dan membisikkan kepada kedua anaknya, Sayyidina Hasan dan Husain, untuk meminta Bilal adzan di Madinah. Maka ketika Sayyidina Hasan dan Husein meminta Bilal untuk Adzan, beliau berkata, "Bagaimana saya menolak permintaan yang disampaikan dari lisan yang pernah dikecup Nabi SAW."

Datang waktu Sholat. Bilal naik ke atas masjid, lalu mengumandangkan:

ALLAHU AKBAR
ALLAHU AKBAR

Sebagian sahabat di Madinah yang tidak mengetahui kedatangan Bilal tersentak kaget, lalu bergembira, seakan terbangun dari mimpinya, "Ada Bilal berarti ada Nabi SAW," mengharap wafat Nabi SAW cuma mimpi.

ALLAHU AKBAR
ALLAHU AKBAR

Bergegas seluruh penduduk Madinah. Mereka keluar dari rumah mereka dengan hati bergetar penuh kerinduan.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH

Mereka menuju masjid Nabi SAW, melihat Bilal.

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH

mencari Rasulullah SAW
dimana .....?
mana.....?

ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH

Gemuruh isak tangisan kesedihan kerinduan para sahabat di kota Madinah. Bilal pingsan, tak meneruskan adzannya.

yaa Muhammad.....
hanya Bilal....
Mana Muhammad SAW....?

Di hati mereka, para sahabat, beliau SAW selalu hidup menyinari hati dan keimanan mereka, dan juga di hati para sholihin, pencinta Muhammad SAW. Bahkan selalu bersama mereka tak terpisahkan.

Rinduku pada daar Muhammad SAW
rindu yang tersimpan dan terpendam di hati
Daar tempat terkumpulnya seluruh nikmat Allah
karena telah tinggal di dalamnya hamba terbaik dan tersuci
(Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi)