Dari : Ustadzah Umbuhmaid
Sayyidina Bilal RA, muadzin Nabi SAW, seorang yang asalnya budak dan sekarang
kita panggil sayyid (tuan) karena kemuliaannya menjadi sahabat Muhammad SAW.
Setelah wafat Nabi SAW, ia pun meninggalkan kota Madinah, karena merasa tidak
mampu untuk tinggal di kota Nabi - tanpa sang Nabi. Selang beberapa waktu
setelah tinggal di kota tujuannya, dia memimpikan Rasulullah SAW yang
mengisyaratkan untuk kembali ke Madinah. Maka ia pun kembali ke Madinah.
Setibanya di Madinah, disambut oleh Sayyidina Abubakar Ash-Shiddig ra dan
memintanya untuk kembali menjadi muadzin di kota Madinah sebagaimana dulu ia
adzan untuk Nabi SAW. Ia menolak. "Tidak akan saya adzan selain untuk Nabi
SAW," katanya. Sayyidina Umar ra pun memaksa dan bilal menolak. Sayyidina
Ustman dan Sayyidina Ali ra memaksa dan ia masih menolak.
Maka pulanglah Sayyidina Ali dan membisikkan kepada kedua anaknya, Sayyidina
Hasan dan Husain, untuk meminta Bilal adzan di Madinah. Maka ketika Sayyidina
Hasan dan Husein meminta Bilal untuk Adzan, beliau berkata, "Bagaimana
saya menolak permintaan yang disampaikan dari lisan yang pernah dikecup Nabi
SAW."
Datang waktu Sholat. Bilal naik ke atas masjid, lalu mengumandangkan:
ALLAHU AKBAR
ALLAHU AKBAR
Sebagian sahabat di Madinah yang tidak mengetahui kedatangan Bilal tersentak
kaget, lalu bergembira, seakan terbangun dari mimpinya, "Ada Bilal berarti
ada Nabi SAW," mengharap wafat Nabi SAW cuma mimpi.
ALLAHU AKBAR
ALLAHU AKBAR
Bergegas seluruh penduduk Madinah. Mereka keluar dari rumah mereka dengan hati
bergetar penuh kerinduan.
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH
Mereka menuju masjid Nabi SAW, melihat Bilal.
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH
mencari Rasulullah SAW
dimana .....?
mana.....?
ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH
Gemuruh isak tangisan kesedihan kerinduan para sahabat di kota Madinah. Bilal
pingsan, tak meneruskan adzannya.
yaa Muhammad.....
hanya Bilal....
Mana Muhammad SAW....?
Di hati mereka, para sahabat, beliau SAW selalu hidup menyinari hati dan
keimanan mereka, dan juga di hati para sholihin, pencinta Muhammad SAW. Bahkan
selalu bersama mereka tak terpisahkan.
Rinduku pada daar Muhammad SAW
rindu yang tersimpan dan terpendam di hati
Daar tempat terkumpulnya seluruh nikmat Allah
karena telah tinggal di dalamnya hamba terbaik dan tersuci
(Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi)